Mengenai Saya

Foto saya
seorang kerdil yang berusaha berdiri di pundak raksasa.

Senin, 15 Juni 2009

Pesona Sumbar (Pesona Danau maninjau dan Singkarak)

Danau Maninjau
Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.
Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.
Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.
Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel(Maninjau Indah Hotel, Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran.

Danau Singkarak
Danau Singkarak berada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.
Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan yang diperkirakan hanya hidup di danau ini[1], dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas.
Dari 19 spesies itu, tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi, yakni ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota) dan Gariang/Tor (Tor tambroides).
Kemudian, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang (Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami (Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus).
Selanjutnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan (mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus (Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus), tambah Hafrijal.
Dengan hanya ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak menunjukkan keanekaragaman ikan di tempat itu tidak telalu tinggi. Kondisi mesogotrofik Danau Singkarak yang menyebabkan daya dukung habitat ini untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan betos, sangat terbatas.
Dari beberapa kali penelitian menunjukan populasi plankton dan betos di Danau Singkarak sangat rendah.
Padahal komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu mata rantai makanan dan memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem danau.
Kondisi tersebut, menyebabkan sumber nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah berbagai jenis plankton dan bentos.
Danau Singkarak berada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter.
Danau ini memiliki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan.

Sabtu, 06 Juni 2009

Makalah Teori Komunikasi Teori Proses dan Efek Media Menurut Katherine Miller

1.1 Latar Belakang

Pada Abad ke-19 - ke-20, diskusi media komunikasi berkembang luas. Media komunikasi hanya dengan interaksi tatap muka maupun yang dicetak sebagai buku atau surat kabar mulai bertebaran secara luas. Saat itu sirkulasi surat kabar meningkat dengan audience yang menyebar luas. Tak hanya itu, media lain digunakan secara ektensif untuk propaganda nasional dan sosial, seperti saat Perang Dunia II, dan penggunaan radio yang memuncak di Amerika. Hingga sekarang kita telah mampu mengakses bermacam-macam media, termasuk surat kabar, radio, network, televisi kabel, internet, telephone, e-mail, video dan audiotape, dan sebagainya.
Dari kemajuan-kemajuan tersebut kita juga perlu memikirkan dan mempertimbangkan efek dari media massa tersebut. Hal ini sangat penting untuk diketahui bagaimana media massa mempengaruhi kehidupan manusia.

1.2 Tujuan

Pada tulisan ini akan mencoba mengkaji empat teori yang berkaitan dengan proses dan efek media.

BAB II
PEMBAHASAN

THE BULLET DAN THE NEEDLE

Secara singkat pemirsa melihat media massa sebagai pembentuk opini publik dan kekuasaan perilaku apa pun merupakan andil dari komunikator. Media memandang sebagai peluru atau jarum hipodermik, menembakkan pesan sesuai keinginannya secara langsung pada gagasan, sikap dan perilaku dari si penerima pesan.
Teori peluru tidak hanya memandang asumsi tentang media tetapi juga asumsi pemirsa. Pemirsa di sini dipandang sebagai perkumpulan massa. Beberapa peneliti (Auguste Comte, Herbert Spencer dan Emile Durkhein) melihat pada peningkatan kompleksitas dari masyarakat karena industrialisasi, urbanisasi, dan faktor lain, kemudian menyimpulkan bahwa individu akan terisolasi dan menjadi tidak mampu untuk membentuk koneksi komunitas yang berarti dengan yan lainnya. Pandangan masyarakat sosial menekankan pada karakteristik berikut:
1. individu dianggap pada sebuah situasi isolasi psikologis,
2. impersonality menang dalam interaksi individu dengan yang lainnya,
3. individu bebas secara relatif dari tuntutan pengikatan informal obligasi sosial.
Individu dalam konsep masyarakat dilihat sebagai sasaran mudah bagi “peluru” media. Individu pada masyarakat sosial akan putus hubungan, terpisahkan karena kekuatan media yang berdampak langsung dan sangat kuat pada mereka.

Alternatif untuk Efek yang Kuat
Teori peluru dan jarum hipodermik mengusulkan efek kuat dari media massa untuk tidak memegang kekuasaan jangka panjang. Beberapa faktor yang menyajikan daya pendorong untuk mengubah pikiran dalam hal ini: pertama, pada filosofi dasar, gambaran individu sebagai sasaran empuk yang pasif tidak mampu dipertahankan oleh beberapa komentator. Model kemanusiaan ini tidak cocok dengan kepercayaan waktu. Kedua, pengembangan teoritis dalam psikologi dan sosiologi mengkhawatirkan pandangan apa yang sah menjadi sifat individu pada teori mass society. Pengembangan ini menekankan pada kesadaran dan faktor sosial yang dibutuhkan untuk menjadi pertimbangan. Akhirnya, riset empiris efek media massa pada data individu yang diberikan adalah kebalikan dari efek model penyajian data karena secara filosofi, teori dan pengembangan empiris, para ahli mulai mencari faktor-faktor yang mengurangi efek media dan era efek model terbatas telah tersampaikan.
Konsep awal media memiliki efek terbatas tidak berdasarkan pada banyaknya model isi media, tetapi pada perubahan pandangan pemirsa. Dalam bahasa teori psiklogi dasar, paradigma efek yang kuat dapat digambarkan sebagai model (S-R) stimulus-respons yang mudah. Stimulus (media) menhasut respons langsung pada individu (seperti bentuk sikap, kepercayaan atau perilaku). Dalam model ini, tidak ada proses campur tangan antara stimulus dengan respons. Di pertengahan Abad 20, macam-macam alternatif dari model S-R dasar telah dikembangkan dalam psikologi dan ide yang berhubungan dengan riset komunikasi massa. Beberapa faktor orgasnisme (O) dipandang datang di antara stimulus dan respons. Dalam pertimbangan media massa, model S-O-R melihat pada cara media memiliki pengaruh selektif pada respons individu. Media dapat mempengaruhi berbagai kelompok manusia degan cara yang berbeda.

SOSIAL COGNITIVE THEORY

Seraya teoritikus berpaling dari efek kuat model peluru yang menyatakan tidak adnya perbedaan khalayak dan keterbatasan sikapnya terhadap efek model S-R dan S-O-R. Dengan kata lain, teoritikus mulai untuk bertanya tentang apa sifat-sifat manusia – pada khususnya, apa sifat-sifat psikologis – datang di antara stimulus pesan media dan respons pemirsa. Suatu konseptual yang paling nyata untuk peran individu adalah melihat perbedaan pada penerimaan sikap yang baru dan perilakunya.
Belakangan ini psokolog behavioris, sepertinya J. B. Watron dan B. F. Skinner memperhatikan secara luas pada “human action” adalah proses penamaan (labeling) sebagai “operant conditioning” adalah sebuah model S-R memberi kesan bahwa manusia belajar dari penghargan (seperti, penerimaan penguatan positif) atau hukuman (penerimaan penguatan negatif) ketika mereka merespon stimulus khusus.

Asumsi Dasar Social Cognitive Theory
Inti konsep pada social cognitive theory adalah ide penelitian sosial. Ketika ada banyak model pada lingkungan individu-individu teman-teman atau anggota keluarga dalam lingkungan interpersonal, orang lain dari kehidupan publik atau umum, atau figur pada berita atau media entertainment – kemudian pembelajaran dapat dapat terjadi karena pengamatan model tersebut kadang-kadang perilaku dapat diperoleh dengan mudah melalui proses modeling. Proses modeling dapat juga dilihat dengan memperhatikan sumber media. Namun, ketika “simple modeling” tidak cukup untuk mempengaruhi perilaku.
Pada social cognitive theory penguatan bekerja melalui proses-proses pencegahan efek dan pembiaran efek. Sebuah proses pencegahan efek terjadi ketika seseorang melihat model dihukum atas perilaku tertentu. Pengamatan hukuman ini akan mengurangi kemungkinan pengamatan melakukan perilaku yang sama. Sebaliknya, pembiaran efek terjadi ketika seseorang melihat model dapat penghargaan atas perilaku tertentu. Situasi ini menyebabkan pengamat lebih senang melakukan perilaku tersebut.

Social Cognitive theory juga mempertimbangkan kemampuan penting seorang pengamat untuk melakukan perilaku tertentu dan kepercayaan diri saat berperilaku. Kepercayaan diri ini disebut sebagai self efficacy dan ini terlihat sebagai sebuah prasyarat kritik untuk perubahan perilaku. Social cognitive theory berasumsi bahwa pembelajaran dari model tidak akan terjadi jika seseorang merasa tidak mungkin untuk melakukannya.


TEORI USES AND GRATIFICATIONS

Program yang apling popular di Amerika Serikat sejauh ini adalah Who Wants to Be a Milionaire di stasiun tv ABC. Program ini ditayangkan tiga atau empat kali seminggu dan disaksikan oleh banyak orang di amerika. Ini menjadi satu-satunya stasiun televisi yang bertahan selama tujuh tahun dan mempunyai sebuah ikon yaitu ”Is that your final answer?” yang sangat populer saat ini. Popularitas program menyajikan pemahaman diwaktu yang tepat tentang pengaruh media terhadap individu sebagai penonton dalam kelompok sosial yang besar.
Menariknya, studi memperlihatkan bagian pertama dari penelitian mengenai uses and gratifications menggunakan pendekatan yang sama dengan fenomena media. Pada akhir tahun 30-an dan awal 40-an program quis populer dengan pendengar radio dan Herza Herzog menanyakan sebuah pertanyaan simpel kenapa jenis program ini menarik perharian masyarakat luas. Dalam menjawab pertanyaan ini, Herzog berasumsi yang kontra antara masyarakat dan efek yang kuat pada pemirsa dan mempertimbangkan bahwa maksud sejumlah orang mendengarkan sebuah program radio memliki alasan yang berbeda.
Ringkasnya, penelitian yang dilakukan Herzog dan yang lainnya McQuail, Blumler, and Brown (1972) concluded bahwa seseorang mendengarkan atau menyaksikan program quis dengan alasan: a) Tingkatan diri, b) Interaksi sosial, c) Kegembiraan, dan d) Pendidikan.
Selanjutnya pada tahun 40-an, penelitian dengan mempertanyakan tentang bagaimana kebutuhan dan keinginan pemirsa mungkin mempengaruhi efek dari program suatu media. Swanson (1992) memberi nama penelitian awal yang dilakukan Herzog’s. Pertama, penelitian ini memperkenalkan ide bahwa penonton aktif, dimana seseorang memiliki alasan sendiri untuk mengakses media. Kedua, penelitian ini bermula untuk memahami motif penonton sebagai kepuasan yang didapat dari media. Ketiga, penelitian dalam terdisi ini memiliki inti bahwa penonton mempunyai kemampuan menyediakan informasi yang berguna mengenai motif dan keinginan berkenaan dengan media.
Pernyatan formal pertama mengenai teori uses and gratifications berasal dari Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) mereka menyebutkan point dasar dari kerangka pernyataan uses and gratifications mencakup: 1) asal usul sosial dan psikologi 2) membutuhkan, 3) expextasi secara umum 4) media massa atau sumber lainnya, 5) dimana perbedaan yang pasti mengenai media massa 6) menghasilkan kebutuhan gembira 7) dan konsekuensi lainnya.

Asumsi Dasar
Katz, Blumer, dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi-asumsi dari teori uses and gratifications. Asumsi-asumsi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanya bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak: artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Kepuasan Apa yang dilihat dan didapat dari media?
Bagian terbesar dari studi pada uses and gratifications tradisi mencoba untuk menjawab pertanyaan mengenai kepuasan yang dilihat dan dirasakan dari media dengan mengembangkan tipologi kepuasan. Teori uses and gratifications melewati sebuah daftardalam mempertimbangkan konsep dari kegunaan apa yang disediakan oleh media. Dua teori pembangunan patut memperhatikannya. Pertama, sejumlah biaya dapat dianjurkan dalam kebutuhan yang bisa dibagi kedalam asas pokok yang tidak sama. Hal penting kedua mengenai teori pembangunan dengan memperhatikan kepuasan tipologi adalah perbedaan antara kepuasan yan dilihat dengan kepuasan yang dirasa. Perbedaan ini membuat poin bahwa apa yang seseorang mau dari media tidak selalu apa yang seseorang dapat dari media.

Bagaimana media digunakan dalam proses kepuasan?
Bermacam kepuasan yang dilihat dan dirasa dari media, dan kepuasan ini bisa melukiskan penggunaan isi dari katagori dan bermacam tingkatan abstraksi. Pertanyaan teori sisanya untuk uses dan gratifications adalah pendekatan kemudian proses kepuasan mana yang berhubungan dengan kelakuan dan sikap pemirsa.
Satu garis dasar dari penelitian menyelidiki proses dimana kepuasan audience mempengaruhi kelakuan dan pengeluaran. Kim dan Rubin (1997) menyimpulkan banyak mengenai penelitian ini, mencatat tiga cara dimana aktivitas pemirsa, fasilitas media dan efeknya. Pertama adalah selectivity, disini individu yang melihat kepuasan tertentu akan selektif menaruh perhatian mereka ke media tertentu. Kedua adalah atention, disini individu akan memberikan pengetahuan mereka untuk konsumsi media.berdasaran kepuasan yang dilihat. Ketiga adala proses involvement dengan media, disini audience sering menangkap pesan dan mungkin membangun hubungan dengan karakter media.

Perluasan dan kritik pendekatan uses and gratifications
Teori uses and gratifications memiliki kritik karena menjadi sangat sempit dalam pikiran. Pertama, Swanson (1992) catatan bahwa sedikit perhatian telah membayar sebuah proses mulai dari awal sampai akhir audience menafsirkan text yang diberikan media. Ini berarti bahwa individu memiliki kemampuan menerjemahkan atau menerima pesan dalam cara menyediakan berbagai kepuasan. Kedua uses and gratifications teori telah mendapat kritik karena menjadi teori individualistik yang sempit.

MEDIA SYSTEMS DEPENDENCY THEORY

Teori sistem media dependensi (MSD) dan uses and gratification seringkali disama-samakan (atau terlihat serupa) dalam penjelasan dari teori media. Tentu saja, telah dilakukan usaha untuk menggabungkan dua teori ini ke “model uses and gratification dari komunikasi massa” (Rubin & Windahl, 1986). Bagaimanapun, perkembangan dari MSD, Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur, dari kerangka mereka sebagai sesuatu yang jelas dari uses and gratification; karena itu, ini merupakan sesuatu yang menyenangkan sebagai sebuah teori yang independen. Sebagaimana kita menjalankan pekerjaan MSD kita hingga selesai, kita menyoroti perbandingannya antara uses and gratification, tapi hal itu penting untuk diingat, kerangka ini menunjukkan “perbedaan kisah, pertanyaan, dan pola pikir” (Ball-Rokeach, 1998, p, 5). Perbedaan kisah, pertanyaan, dan pola pikir ini seringkali mengubah MSD menjadi beberapa bagian yang besar dari teori lain yang masih dipertimbangkan pada bab ini
Teori Sistem Media Dependensi: Kerangka Dasar
MSD, pertama yang diusulkan oleh Ball-Rokeach dan De Fleur (1976), mempunyai pada [hati/jantung] nya suatu sistim yang tiga pihak di mana media, pendengar, dan masyarakat nampak oleh mempunyai hubungan ketergantungan satu sama lain. Sistim tiga pihak ini digambarkan di dalam gambar 142.
Masing-masing komponen sistem adalah yang dilihat ini sebagai tergantung pada komponen-komponen yang lain di dalam sistim dengan membujuk untuk terus sumber daya untuk mencukupi sasaran. Di dalam kata-kata dari Ball-Rokeaach dan DeFleur (1976), ketergantungan adalah "suatu hubungan di mana kepuasan kebutuhan-kebutuhan atau pencapaian dari sasaran oleh satu pesta(pihak adalah ketidak-tentuan atas sumber daya dari pihak yang lain". Sebagai contoh, suatu organisasi media boleh jadi tergantung pada suatu struktur yang politis untuk misi untuk menyiarkan. Atau suatu organisasi pabrikasi akan bergantung pada sistim media untuk mengiklankan produk nya dan meningkatkan penjualan. Atau perorangan akan bersandar pada surat kabar itu untuk menyediakan informasi tentang apakah apartemen-apartemen avaible untuk sewa. Ini adalah contoh f hubungan ketergantungan, di bagian nya tersebut masyarakat bersandar pada sumber daya dari yang lain membagi kepada sasaran jangkauan.
Di MSD, perhatian tertentu diberikan kepada sumber daya dari sistim media di dalam masyarakat yang modern. MSD ahli teori melihat sistim media seperti membebani satu peran terus meningkat penting sebagai industrialisasi dan urbanisasi sudah berkurang pengaruh dari jaringan sosial yang hubungan antar pribadi. Seperti Merskin (1999) menjelaskan, "Seperti ketika masyarakat sudah menjadi lebih dikotakan dan terindustrialisasi, hidup sudah menjadi kurang mengorganisir di sekitar kelompok sosial tradisional, seperti keluarga dan gereja". Dalam pengaturan sosial yang demikian, media mengendalikan banyak sumber daya informasional melalui kapasitas mereka untuk menciptakan, proses, dan menghamburkan informasi kepada pendengar-pendengar di suatu nasional atau bahkan skala global. Karena media mengendalikan ini sumber daya informational kritis, individu mengembangkan hubungan ketergantungan di sekitar kebutuhan akan memahami ing, dan permainan. Seperti Lose-lose dan Ball-Rokeach (1993) uraikan hubungan ini, "Ketika individu developexpectation yang sistim media dapat menyediakan bantuan terhadap pencapaian dari sasaran mereka, individu perlu mengembangkan hubungan ketergantungan dengan media atau medium, mereka merasa sebagai paling sangat menolong di persuit dari sasaran mereka".
Hubungan tertentu ini akan bunyi cukup banyak seperti suatu gunakan dan penjelasan kepuasan-kepuasan. Sungguh, ketika pengasingan yang diambil, persamaan jelas bersih ada antara kedua pendekatan. Bagaimanapun, MSD melampaui hubungan media individu ini untuk menyediakan suatu gambar yang lebih rumit dari hubungan ketergantungan antara penggunaan kebutuhan individu dan media bahwa termasuk kedua-duanya pengaruh-pengaruh makroskopik dan yang mikroskopis di ketergantungan-ketergantungan. Ini jalan yang utama dilaksanakan jemu akan pertimbangan dari yang lain ketergantungan-ketergantungan di dalam hubungan yang tiga pihak media, pendengar, dan masyarakat. Yang ,MSD mengusulkan bahwa individu tidak selalu para aktor tangguh di dalam kepuasan kebutuhan-kebutuhan mereka karena ketergantungan-ketergantungan dari yang lain kesatuan-kesatuan masyarakat dan organisatoris boleh masuk ke dalam arena.
MSD juga memperluas di konsep dari ketergantungan media yang individu dengan kondisi-kondisi yang terdahulu penetapan dan concequences berhubungan dengan hubungan ketergantungan. Pertama-tama, teori mengusulkan ketergantungan itu di media akan peningkatan selama jam konflik dan perubahan di dalam masyarakat. DeFleur dan Ball-Rokeach (1982) percaya bahwa, selama waktu seperti, akan ada satu kebutuhan yang ditingkatkan untuk informasi dan orientasi dan bahwa hubungan sosial yang dibentuk/mapan akan tidak cukup ke(pada informasi providesuch. Sebagai contoh, Kellow dan Steeves (1998) bantah bahwa selama sosial dan pergolakan politis bahwa menandai Rwanda masyarakat dalam 1994, keseluruhan penduduk negeri itu datang ke bergantung pada pemenuhan radio dari suatu setasiun yang berpengaruh. Ketika hasil, pesan-pesan dari setasiun ini mungkin punya telah suatu pengaruh terutama sekali menandai pada genocisde yang berikut di Rwanda.
MSD teori percaya bahwa pembedaan teoritis ini mengenai konteks-konteks dari ketergantungan adalah kritis karena itu membantu ke arah berhubungan dengan debat antara barang kepunyaan yang kuat dan tradisi-tradisi media barang kepunyaan yang terbatas. Yang ,pada waktunya dari pergolakan sosial, individu boleh tergantung sebagian besar di media dan dimakan karat oleh media. Selama sekarang, suatu model barang kepunyaan yang kuat akan didukung. Selama periode-periode lebih historis stabil, dibatasi barang kepunyaan akan mungkin dingamati.
MSD juga mempertimbangkan sebagian dari consecuences dari hubungan ketergantungan. Sebagai contoh, suatu hubungan ketergantungan akan memimpin individu untuk membingkai isu-isu tertentu sebagai mereka yang penting untuk mempertimbangkan; menganggap. Thios proses dari pengaturan agenda dicakup?ditutup di dalam jauh lebih detil di Bab 15. Mengenai MSD, itu adalah yang penting untuk menunjuk bahwa ini kemajuan, lagi; kembali, melibatkan hubungan antar bermacam organisasi-organisasi masyarakat dan karenanya konsumsi dan hubungan daya tingkatan mikro kirim antar lembaga; institusi dan organisasi-organisasi masyarakat. MSD juga menekankan bahwa hubungan-hubungan ketergantungan antar lembaga; institusi dan organisasi-organisasi masyarakat. MSD juga menekankan bahwa hubungan-hubungan ketergantungan pergi kedua cara dan bahwa sumber media boleh melakukan penyesuaian isi mereka berdasar pada hubungan-hubungan ketergantungan pendengar.

Test-Test dan Perluasan-perluasan Teori Ketergantungan Sistem Media
Aplikasi-aplikasi MSD sudah melihat terutama pada ketergantungan-ketergantungan media pendengar. Aplikasi-aplikasi ini telah memasukkan penjelasan-penjelasan untuk jumlah pembaca surat kabar (Lose-lose &Ball-Rokeach, 1993), karena akses ke(pada nasihat relational di dalam surat kabar para laki-laki dan perempuan (Duran &Prusank, 1997), untuk interaksi parasocial dan ketergantungan-ketergantungan di televisi shooping jaringan (Dana, Guthrie, &Ball-Rokeach, 1998), dan untuk pengembangan dari iklan-iklan pribadi oleh US. surat kabar sehari-hari (Merskin &Huberlie, 1996).
Pengembangan-pengembangan teoritis di MSD juga mempunyai revolved di sekitar hubungan antara tingkatan yang mikro mengeluarkan dan tingkatan makro mengeluarkan. Sebagai contoh, DeFleur dan Dennis (1996) sudah mencoba untuk menarik keluar pembedaan-pembedaan ini dengan pemisahan teori ke dalam dua bagian: teori ketergantungan sistem media (makro) dan teori ketergantungan informasi media (mikro). Ball-Rokeach (1985) sudah menerima tugas dari berbaring ke luar asal-muasal yang kemasyarakatan dari ketergantungan sistem media untuk pemahaman kita bantalan faktor-faktor betapa struktural memainkan ke dalam pengembangan dari hubungan-hubungan ketergantungan. Bagaimanapun, beberapa kritikus percaya bahwa MSD bisa pergi bahkan lebih lanjut di dalam mempertimbangkan hubungan kekuasaan homogenic betapa kepemilikan dan kendali mencakup di dalam ketergantungan-ketergantungan bahwa mengembangkan antar organisasi-organisasi media, lembaga; institusi, dan para anggota pendengar individu.

TEORI MEDIA DAN EMOSI

Bila kita lihat tentang teori pengertian sosial dimulai dari bab ini, kita sebagian besar berbicara tentang pengaruh dari sumber media dalam bertingkah laku. Dan bila kita menganggap bahwa kepercayaan atau ketergantungan itu hidup diantara para pemain media atau membicarakan kegunaan merek media itu. Kita acapkali membicarakan tentang kesadaran dan persoalan informasi. Ini tidak sepenuhnya benar, karena sebuah kesalahan adalah khas kepuasan media dalam sedikit memasukkan fungsi hiburan. Bagaimanapun, reaksi seperti itu sebagai kesenangan, menjijikan, ketakutan, dan kehebohan seringkali terlihat pada akibat sebelah belakang ke persoalan seperti itu sebagai perubahan sikap, susunan sikap, dan pengatahuan. Ini tidak akan benar dalam menentukan kerangka teoritis memeriksa kita pada bab ini. Disini kita menemukan sekumpulan yang bersifat menjelaskan pernyataan yang menaruh cara untuk membangunkan emosi dan mempengaruhi pusat pertunjukan. Walaupun kita membicarakan pekerjaan itu sekarang ini tidak ada satu yang masuk akal pada teori, itu betul-betul ada pada bab ini untuk dua alasan penting. Pertama, pekerjaan ini jelas teoritis bahwa didalamnya mengemukakan kebiasaan menjelaskan emosional dan individualis cenderung berreaksi ke gambaran media. Kedua, pekerjaan ini mewakili kumulatif dan usaha yang masuk akal karena kumpulannya menceritakan ilmu pengetahuan dalam disiplin berkomunikasi. Pekerjaan ini banyak dimulai oleh Dolf Zillmann dan pekerjaan utamanya mengenai emosi dan media. Pekerjaan itu dilanjutkan oleh Zillmann dan dia berkolega selama 30 tahun dan dia meneliti bermacam-macam kumpulan pertanyaan hal emosional dan cenderung berreaksi ke media.
Dalam mempertimbangkan pengaruh emosi dari media itu, bermanfaat untuk sebuah permulaan jalan keluar dengan dua ide yang biasa hampir kita lakukan sehari-hari. Pertama-tama, kita sering kali berbicara tentang menonton televisi sebagai jalan untuk melepaskan tekanan dari hari yang sulit. Dalam perbedaan, kita mendapatkan banyak peristiwa dari media karena kehebohannya itu kita ikut merasakan pengalaman. Demikian, perasaan kita biasa memberi kesan bahwa dalam penyajian media massa memiliki dua kemampuan untuk membangkitkan dan ketenangan emosi kita. Penelitian menghasilkan dasar pandangan, selama tinjauan Zillmann dalam kesusasteraan itu menyimpulkan bahwa media dapat menyajikan dua hal sebagai ”pemuka hebat” dan sumber kehebohan, mengandalkan pada individualis, penyajian media terpilih, dan konteks.
Demikian, dasar pemikiran itu berhubungan dengan pengaruh emosi media yang niscaya benar. Bagaimanapun, teoritikus Zillmann dan koleganya ini pergi melebihi alasan sederhana dan dalam pengaruh hubungan ini menetapkan keanekaragaman mekanisme yang mana isi media dan pengaruh penonton ini cenderung terbuka dan reaksi emosi. Penelitian itu lebih dulu sangat besar kita pertimbangkan, karena teoritikus memulai untuk tiga hal penting itu disini. Seperti peran untuk pergantian eksitasi, peran untuk ketegasan, dan pengaruh dari masyarakat dan unsur pembangunan.

Pertukaran Eksitasi Teori
Proses pertukaran eksitasi satu tempat pertama oleh Zillmann dan koleganya mengenalkan tentang penjelasan mengerti reaksi emosional terhadap media. Teori pertukaran eksitasi dimulai atas dasar konsep penimbulan. Biasanya sebuah penimbulan memberikan definisi bahwa satuan kekuatan itu menyajikan untuk memperkuat atau kelakuan yang penuh semangat. Biasanya keperluan tidak selalu positif atau negatif dan itu semua tidak pula menegaskan tentang keterangan atau petunjuk untuk hal kelakuan.
Karena penimbulan disini tidak memiliki karakter yang spesifik, Zillmann mengusulkan bahwa penimbulan itu dari satu rangsangan dapat mentransfer untuk mempengaruhi atau menghubungkan perilaku pada yang lainnya. Pada anggapan penerimaan yang menengahi komunikasi, pertukaran eksitasi memiliki kekayaan dalam mempertontonkan keduanya dan selama menangkap hal itu. Misalnya, Zillmann mendirikan tingkah laku yang agresif mengikuti penerimaan kepada salah satu hal yang agresif atau salah satu film yang erotik dan sebagian besar rekan dengan tingkah laku yang agresif merupakan penerimaan kepada erotik film.
Dalam ikhtisar, teori pertukaran eksitasi mengemukakan bahwa suatu hal yang ditimbulkan dari media memiliki sisa pengaruh dari pemindahan itu yang kemudian menjadi sebuah pengalaman, dan penjelasan ini mendapat perlakuan-perlakuan yang hebat dari kenyataan akan bantuan diantara bermacam-macam keadaan atau letak. Dua hal penting dalam aspek teori sebaiknya dapat menegaskan.

Reaksi Empati Kepada Isi Media
Perlakuan teori pertukaran eksitasi dengan hal yang sudah umum dan tanpa isi yang menimbulkan emosi dari hubungan media. Ini pun penting untuk mempertimbangkan jawaban emosi itu maupun isi yang spesifik: kita turut merasakan reaksi tersebut bahwa apa yang kita temui seperti menyaring atau membaca pada bagian halaman. Jadi daerah kedua yang menurut Zillmann itu, memiliki daya tangkap atau perhatian dan kerabatnya turut terlibat dalam hubungan emosional diantara para anggota dengan penonton media dan isi pertemuan mereka. Hubungan ini dapat menguji dengan keterangan kepada konsep empati. Empati diakui secara luas mempelajari konsep kejiwaan bahwa hal itu menganggap satu tanggapan individualis yang mengamati pengalaman yang lain.
Pengaruh apa yang kemudian empati ini merasa bahwa reaksi dari media massa? Tempat ini lebih dulu untuk penelitian bukan sebagai penyusunan mata air untuk teori pertukaran eksitasi, Zillmann dan kerabatnya menyelidiki beberapa persoalan teoritis. Hal umum melalui pendekatan dikemukakan oleh Zillmann dan kerabatnya yang baru saja mengolah tentang struktur dramatis dan media sebagai dunia teater.
Proses ini untuk menggiatkan kembali apa itu empati dalam luasnya jarak pembelajaran. Pada fakta ini, proses dapat mengamati pada keduanya yaitu khayal dan penyajian dramatis dan pada reaksi yang bersifat sebagai rencana berita.

Faktor Sosial dan Pembangunan
Tempat terakhir dapat menerima perhatian menurut teoritikus tentang emosi dan pertimbangan pembangunan media dan faktor sosial itu merupakan pengaruh atas kekuatan sebuah reaksi. Hubungan baik dari penelitian bahwa perilaku ini memiliki tempat dimana pandangan kita memang pantas pada beberapa gagasan yang menceritakan terhadap pemikiran eksitasi dan lebih awal menceritakan empati.
Perbaikan yang serupa ini membuat dengan menganggap pada peran hubungan sosial. Sebagian besar teori dan penelitian kita bicarakan pada bagian individualis yang terlibat pada reaksi media. Bagaimanapun kita sering kali atas rombongan orang lain yang dimana kita menonton televisi atau pergi ke bioskop. Sementara ini para sarjana ingin meneliti tentang peran sebuah teman dalam sebuah keterangan, laki-laki melawan rekan perempuannya dalam reaksi emosional terhadap media.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Keempat teori yang dibahas di atas, kita melihat adanya hubungan antara individu dengan efek dari media. Teori-teori ini secara luas menganut paradigm post-positive dalam mengemukakan secara umum dan penjelasan fenomena komunikasi. Teori-teori tersebut secara menjelaskan bagaimana individu menggunakan media dan dampaknya dari media tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Miller, Katherine. 2001. Communication Theory: Perspectives, Processes, and Contexts. USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Self Disclosure Theory

Self Disclosure Theory

I.1. Sejarah
Teori ini dikemukakan oleh Sydney Marshall Jourad yang lahir 21 January 1926, di Mt. dennis, Toronto Canada. Dia mendapat gelar M.A thn 1948, di universitas di Toronto, dan kemudian melanjutkan studi di universitas Buffalo, mendapat gelar Ph.D di thn 1953. Dia pernah menjabat sebagai President of the Assosiation for Humanistic Psychology (1958-1963). Beliua meninggal pada tahun 1974.

I.2. Asumsi Dasar
Self disclosure theory adalah proses sharing/berbagi informasi dengan orang lain. Informasinya menyangkut pengalaman pribadi, perasaan, rencana masa depan, impian, dll. Dalam melakukan proses self-disclosure seseorang haruslah memahami waktu, tempat, dan tingkat keakraban. Kunci dari suksesnya self-disclosure adalah kepercayaan.
• Self-disclosure selalu merupakan tindakan interpersonal.
• Merupakan sebuah proses berbagi informasi dengan orang lain, informasinya menyangkut masalah pribadi.
• Bergantung pada kepercayaan.
• Self-disclosure sangat esensial dalam proses terapi kelompok

I.3. Pembahasan
Self disclosure atau penyingkapan diri merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontentikan memasuki hubungan sosial kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri.
Salah satu model inovatif untuk memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi adalah Jendela Johari (Johari Window). “Johari” berasal dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham. Model ini menawarkan suatu cara melihat kesalingbergantungan hubungan interpersona dengan hubungan antarpersona. Model ini menggambarkan seseorang kedalam bentuk suatu jendela yang mempunyai empat kaca.

Dalam hal penyingkapan diri ini, hal yang paling mendasar adalah kepercayaan. Biasanya seseorang akan mulai terbuka pada orang yang sudah lama dikenalnya. Selain itu menyangkut kepercayaan beberapa ahli psikologi percaya bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang ditentukan oleh pengalaman selama tahun-tahun pertama hidupnya. Bila seseorang telah menyingkapkan sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang yang kedua.

Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan teori self disclosure: Kelebihannya, dari penyingkapan diri kita bisa mendengarkan pengalaman orang lain yang nantinya bisa menjadi pelajaran bagi diri kita, selain itu dengan self disclosure kita juga bisa mengetahui seperti apa diri kita dalam pandangan orang lain, dengan hal itu kita bisa melakukan introspeksi diri dalam berhubungan.
Kekurangannya, tidak semua orang dapat menanggapi apa yang kita sampaikan bahkan sering terjadi salah paham sehingga malah menimbulkan masalah baru. Ketika seseorang telah mengetahui diri kita, bisa saja orang lain ini memanfatkan apa yang telah dia ketahui mengenai diri kita.

I.4. Aplikasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat berbagai macam prilaku individu ketika sedang berinteraksi dengan lingkungannya. Di dunia kampus contohnya banyak karakter indivudu yang menjalani kehidupan kampus. Masing-masing dari mereka bila diperhatikan mempunyai keunikan masing-masing. Dalam suatu kasus misalnya, ada mahasiswa lebih memilih seharian menjalani berbagai macam kegiatan kampus namun pada saat yang bersamaan ada mahasiswa lain yang cenderung menghabiskan waktu berkumpul dengan orang lain.
Hal ini tentunya berkaitan dengan karakter seseorang yang menentukan seperti apa pergaulan dan bentuk interaksinya dengan orang lain. Perkembangan pribadi atau karakter seorang manusia ditentukan oleh interaksi yang berkesinambungan antar hereditas dan lingkungan. Ada beberapa faktor yang menentukan kepribadian seseorang, salah satu faktor terpenting adalah interaksi dengan lingkungannya atau yang sering kita sebut interaksi sosial.
Penyingkapan diri merupakan prilaku yang disengaja, proses ini tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang. Penyingkapan diri lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua-orang daripada dalam konteksjenis komunikasi lainnya. Namun penyingkapan diri tidak Cuma berlaku dalam konteks hubungan antara dua orang, tetapi dalam membina komunikasi kelompok. Bahkan dalam konteks komunikasi kelompok pembahasan akan lebih meluas. Penyingkapan diri ini akan membuat kohesivitas dalam komunikasi semakin erat.
Ada beberapa jenis karakter dalam diri seseorang bila dilihat dari komunikasi kelompok, beberapa diantaranya yaitu:
• Monopolist
Monopolist adalah orang yang mempunyai dorongan untuk selalu berceloteh tanpa henti. orang seperti ini gelisah jika tidak bicara. Jika orang lain mendapat giliran bicara, dia selalu menyela dengan berbagai teknik, dengan menyela secara tidak sopan, memanfaatkan saat pembicara itu sedang mengambil nafas, dengan merespon pada setiap pernyataan dalam kelompok, dengan terus-menerus menyebutkan persamaan antara masalah pembicara dan dirinya, dengan berulang-ulang mengatakan, “saya juga seperti itu”. Pendekatan yang paling efektif pada orang seperti ini adalah yang bermata dua: pertimbangkan kedua belah pihak pasien yang memonopoli dan kelompok yang termonopoli. Dari sudut pandang kelompok, ingat prinsip bahwa tidak ada pasien monopolistik yang boleh eksis dalam kevakuman, bahwa pasien selalu berada dalam ekuilibrium dinamis dengan kelompok yang membolehkan atau mendorong perilaku seperti ini.
Penyebab perilaku monopolistik bervariasi pada setiap orang. Ada individu yang berbicara demi mengontrol orang lain, banyak yang begitu takut dipengaruhi dan diserang oleh orang lain sehingga mereka mempertahankan setiap pernyataannya, yang lainnya menghargai gagasan dan pengamatannya sendiri secara berlebihan sehingga mereka tidak dapat menunda untuk mengekspresikan semua pemikirannya sesegera mungkin. Jauh lebih efektif jika karakter orang yang seperti ini didekati dengan cara berkonsentrasi pada menifestasi diri monopolist dalam kelompok daripada respon kelompok terhadap perilakunya. Secara halus tetapi berulang-ulang karakter seperti ini harus dikonfrontasi dengan paradox bahwa betapa pun besar keinginannya untuk diterima dan dihargai orang lain, perilakunya itu hanya akan menghasilkan kejengkelan, penolakan, dan frustrasi.
• Schizoid
Karakter seperti ini emosinya tersumbat, terisolasi, menjauh. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Dia tidak dapat merasa, tidak dapat tertawa, tidak dapat bermain, tidak dapat menangis. Dia adalah penonton bagi dirinya sendiri. Dia tidak merasakan tubuhnya sendiri, tidak mengalami pengalamanya sendiri. Biasanya respon dari orang lain maupun anggota-anggota kelompoknya khas bergerak dari rasa ingin tahu dan keheranan ke rasa tidak percaya, kekhawatiran, jengkel, dan frustrasi.
• Pendiam (Silent Patient)
Orang yang pendiam dapat tertolong melalui pengamatan langsung untuk mengidentifikasi orang lain, yang aktif, yang mempunyai masalah yang serupa dengan dirinya. Berbagai kasus menunjukkan bahwa perilaku orang seperti ini di luar kelompok akan berubah meskipun di dalam kelompok tidak menunjukkan perubahan.
Seseorang dapat menjadi pendiam karena berbagai alasan. Ada yang merasa sangat takut untuk membuka diri, setiap ucapannya dikhawatirkan akan mengarah pada self-disclosure lebih jauh. Ada pula yang merasa begitu takut menjadi agresif sehingga setiap perkataanya dapat menimbulkan resiko yang tak mampu ditanggungnya. Orang lain menginginkan kesempurnan sehingga takut berbuat salah jika berbicara. Ada pula yang menjaga jarak dari orang lain dan menunjukkan superioritasnya dengan berdiam diri. Orang seperti ini merasa sangat terancam dengan kehadiran orang tertentu dan hanya akan berbicara bila orang itu tidak ada. Beberapa terlalu takut menunjukkan kelemahanya dan berdiam diri agar tidak menjadi marah atau menangis. Ada pula yang berdiam diri sewaktu-waktu untuk menghukum orang lain atau untuk memaksa orang lain ataupun kelompok memperhatikannya.
Poin yang penting adalah bahwa diam itu tidak pernah berarti sekedar diam melainkan merupakan suatu perilaku, dan seperti perilaku lainnya, diam juga memiliki makna, baik dalam kerangka here-and-now maupun sebagai sampel perwujudan caranya berhubungan dengan dunia interpersonalnya.
• Orang yang membosankan (The Boring Patient)
Orang yang memiliki karakter yang membosankan mengeluh bahwa mereka tidak pernah mempunyai sesuatu yang dapat diceritakan kepada orang lain, bahwa mereka sering ditinggalkan berdiri seorang diri dalam pesta-pesta, bahwa tidak ada lawan jenis yang mau pergi dengan mereka lebih dari satu kali, bahwa orang lain memanfaatkan mereka hanya untuk sex, bahwa mereka pemalu, kikuk dalam pergaulan, hampa, atau hambar. Dalam mikrokosme sosial kelompok, mereka juga menciptakan situasi seperti ini dan membuat bosan anggota-anggota lain.
Kebosanan merupakan pengalaman yang sangat individual. Tidak semua orang bosan dengan situasi yang sama, dan sulit untuk membuat generalisasi. Akan tetapi, pada umumnya, orang yang membosankan dalam kelompok adalah orang yang sangat pemalu yang tidak memiliki spontanitas, tidak pernah mengambil resiko. Ucapan orang yang membosankan selalu “aman” dan selalu dapat diprediksi.
Dinamika penyebab sifat membosankan itu sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Banyak yang berada pada posisi yang sangat berketergantungan sedemikian rupa sehingga sangat takut mengalami penolakan atau ditinggalkan sehingga mereka menjauhkan diri dari ucapan-ucapan agresif yang dapat menimbulkan pembalasan.
• Penolak Pertolongan dan Pengeluh (The Help-Rejecting Complainer)
Penolak pertolongan dan pengeluh (the help-rejecting complainer) – yang selanjutnya disebut HRC – mempunyai pola perilaku yang khas dalam berinteraksi baik antara individu maupun kelompok, yang secara implisit atau eksplisit selalu meminta pertolongan dari kelompok dengan menceritakan masalah atau keluhan, dan kemudian menolak setiap pertolongan yang ditawarkan.
HRC terus-menerus membawa masalah lingkungan atau somatik ke dalam kelompok dan sering menggambarkannya dalam banyak cara sehingga tampak seperti tidak dapat teratasi. HRC tampaknya bangga dengan masalahnya yang tak dapat terpecahkan. Sering kali HRC memfokuskan perhatiannya pada terapis dalam upayanya untuk mendapatkan medikasi atau advis. HRC tampaknya tidak peduli akan reaksi kelompok terhadapnya dan tidak berkeberatan ditertawakan selama dia diperbolehkan terus mencari pertolongan.
Dia mendasari hubungannya dengan orang lain dengan dimensi tunggal bahwa dia lebih memerlukan pertolongan daripada mereka. HRC jarang menunjukkan sikap kompetitif kecuali jika orang lain meminta perhatian terapis atau kelompok dengan mengemukakan masalah. Pada titik ini, HRC sering berusaha mengecilkan keluhan orang lain dengan membandingkanya dengan masalahnya.
HRC tampaknya sangat self-centered: dia hanya berbicara tentang dirinya sendiri dan masalahnya. Akan tetapi, masalahnya itu tidak terformulasikan secara jelas bagi kelompok maupun bagi dirinya sendiri; masalah itu dikaburkan oleh kecenderungannya untuk membesar-besarkannya dan menyalahkan orang lain, biasanya figur otoritas yang digantunginya.
• Narsisistik (The Narcissistic Patient)
Narsisisme (mencintai diri sendiri) yang berlebihan adalah rasa cinta pada diri sendiri dengan mengesampingkan orang lain, tidak mampu melihat fakta bahwa orang lain adalah makhluk yang berperasaan, bahwa orang lain juga memiliki ego, yang masing-masing membangun dan mengalami dunianya sendiri yang unik.
Secara singkat, narsisis adalah orang yang memandang bahwa dunia dan individu lain hanya ada untuk dirinya. Orang dengan karakter narsisistik pada umumnya lebih heboh tetapi lebih produktif dalam terapi kelompok daripada dalam terapi individual. Dalam terapi kelompok, pasien diharapkan berbagi waktu, memahami, berempati dan membantu pasien lain, membangun hubungan, memperhatikan perasaan orang lain, menerima umpan balik yang mungkin kritis.
Sering kali orang narsisistik merasa hidup bila sedang mendapatkan giliran, mereka menilai kebermanfaatan kelompok bagi dirinya berdasarkan berapa menit waktu kelompok dan terapis yang didapatkannya dalam sebuah pertemuan. Mereka menjaga kuat kekhususanya dan sering kali berkeberatan bila ada orang yang menunjukkan persamaan antara diri mereka dengan anggota lain. Untuk alasan yang sama, mereka juga berkeberatan bila diikutsertakan dengan anggota lain dalam interpretasi kelompok massa.
Beberapa pasien narsisistik yang mempunyai perasaan kekhususan yang mendalam merasa bahwa mereka tidak hanya patut mendapatkan perhatian kelompok, tetapi juga bahwa perhatian tersebut seharusnya mereka dapatkan tanpa usaha.
Gangguan Kepribadian Narsisistik (Narcissistic Personality Disorder) “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders” dari The American Psychiatric Association (DSM-III) tahun 1980 memberikan kriteria deskriptif tentang orang yang mengalami narcistic personality disorder sebagai berikut: memiliki perasaan self-importance yang berlebihan, suka berfantasi mencapai keberhasilan tak terbatas, menuntut perhatian dan kekaguman yang terus-menerus, sangat peka terhadap kritikan, acuh tak acuh, atau menjadi marah jika mengalami kekalahan, inferioritas, merasa malu atau hampa, dan mengalami sekurang-kurangnya dua dari gangguan-gangguan interpersonal berikut ini: merasa memiliki hak istimewa, eksploitatif interpersonal, berganti-ganti antara overidealisasi dan devaluasi, dan tidak memiliki empati.
Otto Kernberg menambahkan bahwa individu ini mempunyai kehidupan emosional yang dangkal, memperoleh sedikit saja kesenangan hidup; ingin selalu diberi tetapi tidak menghargai pemberian yang diterimanya.
• Pasien Ambang Batas (The Borderline Patient)
DSM-III mengemukakan bahwa lima dari delapan kriteria berikut ini harus ada pada individu yang didiagnosis sebagai mengalami borderline personality disorder:
1. Dorongan untuk merusak diri atau tidak dapat diprediksi. (misalnya penyalahgunaan narkoba, mengutil, makan berlebihan, melukai diri sendiri);
2. Hubungan interpersonal yang tidak stabil dan ekstrim (misalnya idealisasi, devaluasi, manipulasi, sikap yang sangat berubah-ubah);
3. Marah yang tidak sepatutnya atau tidak dapat mengontrol marah;
4. Gangguan identitas yang dimanifestasikan dengan ketidakpastian mengenai hal-hal seperti citra diri, identitas gender nilai, pilihan karir, loyalitas;
5. Instabilitas suasana hati (berubah-ubah secara radikal dari suasana hati normal ke depresi, kekesalan atau kecemasan yang biasanya berlangsung selama beberapa jam dan
hanya beberapa hari);
6.Tidak mau dibiarkan seorang diri;
7. Melakukan tindakan-tindakan merusak fisik diri sendiri (isyarat bunuh diri, kecelakaan
yang berulang-ulang, atau berkelahi);
8. Perasaan hampa atau bosan yang kronis.
Menyadari bahwa karakter manusia yang begitu beragam, kita bisa lebih mudah melakukan penyingkapkan diri. Namun faktor karakter manusia saja tidaklah cukup, contohnya saja, dalam interaksi sosial yang dilakukkan setiap individu seseorang tentunya akan mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan orang-orang tertentu dibandingkan dengan orang lainnya. Melihat hubungan antara dua orang manusia, merupakan suatu hal yang menarik. Dari hubungan ini terlihat bagaimana seseorang membuka sisi kehidupannya kepada orang lain. Dalam membina hubungan ini tentunya seseorang akan mulai membuka dirinya ketika dia telah merasa percaya dengan orang tersebut. Beberapa ahli psikologi percaya bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang ditentukan oleh pengalaman selama tahun-tahun pertama hidupnya. (Bowlby, 1973; Erikson, 1963,1976).

I.5. Hubungan dengan Teori Lain
Self disclosure merupakan salah satu teori komunikasi interpersonal yang membahas mengenai hubungan antar dua orang dalm berinteraksi. Banyak teori lain yang juga berlatar belakang masalah yang sama. Berikut adalah teori yang berhubungan dengan teori self disclosure:
 Teori Interaksional
Pada teori ini menganggap bahwa struktur sosial merupakan produk dari interaksi. Interaksionalisme lebih menerangkan perkembangan diri melalui proses “penunjukan diri” dimana individu “dapat bergerak keluar” dari diri dan melibatkan dirinya dalam introspeksi dari sudut pandang dengan orang lain. Individu dapat melibatkan dirinya dalam pengambilan peran dan mendefinisikan diri maupun orang lain dari sudut pandang orang lain. Fenomena pengambilan peran inilah yang memungkinkan adanya pengembangan diri semata-mata sebagai proses sosial.
Dari pemaparan teori interaksional teori ini mempunyai hubungan dalam peran individu dalam sebuah interaksi. Pada teori self disclosure dan interaksional ini interaksi yang dilakukan oleh individu bergantung pada kemampuan individu dalam membina hubungan denga orang lain.
 Speech Codes Theory (Etnografi Komunikasi)
Merupakan teori yang menggunakan metode pada pola komunikasi dalam sebuah kelompok. Hal ini erat kaitan dengan teori self disclosure yang dapat digunakan dalam menentukan baik tidaknya komunikasi yang terjadi dalam suatu kelompok atau organisasi.
 Interaction Adatation Theory
Teori ini merupakan teori humanistik yang mengarah pada psikologi sosial sehingga dikatagorikan teori komunikasi interpersonal dengan lebih menekankan pada sisi komunikasi nonverbal. Teori ini berasumsi bahwa komunikator dan komunikan mempunyai berbagai faktor yang mengatur prilaku komunikasinya.
Hal ini mempunyai hubungan dengan self disclosure karena kedua teori ini memandang bahwa keberhasilan komunikasi bergantung pada faktor yang ada pada komunikator dan komunikan.

I.6. Daftar Pustaka
Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, Ernest R. Hilgard. 1987. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Tubbs, Stewart L., Sylvia Moss. 2004. Human Communication, Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://www.halamansatu.net/index.php?option=com_content&task=view&id=144&Itemid=51
http://www.indonesiamedia.com/rubrik/parenting/parenting00may.htm

Komunikasi Massa

A. Pengertian Proses Komunikasi Massa
Proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak tahu kapan dimulai dan kapan berakhirnya. Komunikasi merupakan sebuah proses yang memerlukan berbagai komponen.
Schramm mengatakan bahwa kegiatan komunikasi memerlukan tiga komponen yaitu, source, message, dan destination atau komunikator, pesan, komunikan. Jika salah satu komponen tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung.
Harold D. Lasswell, seorang ahli politik Amerika Serikat mempunyai formula dalam menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa. Mengikuti formula Lasswell dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsure dalam proses komunikasi.
!.Who (siapa): Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikas massa
2. Says What (apa yang dikatakan),pernyataan umum dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap.
3. In which channel (melalui saluran apa), media komunikasi atau saluran yang digunakan.
4. To whom (kepada siapa), komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi.
5. With what effect (dengan efek apa), hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju.
Claude D. Shannon dan Warren Weafer dalam bukunya “Theories of Mass Communication”. Digambarkan sebagai loinier dan searah. Pesan diumpamakan mengalir dari sumber informasi melalui beberapa komponen menuju komunikan. Dalam proses ini terdapat liam komponen termasuk satu komponen yaitu noice (gangguan).


B. Komponen Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (defenisi George Garbner).
Hiebert, Ungurait, dan Bohn, yang disingkat HUB (1975), mengemukan komponen-komponen komunikasi massa yang meliputi:
!. Communicator (komunikator)
Komunikator dalam media massa berbeda dengan kominakator dalam komunikasi antar pesona. Pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak.
a. Sifat komunikator.
1. Costliness
Program acara televisi hitungannya adalah detik
2. Complexity
Kegiatan jurnalisme di media cetak maupun elektronik membutuhkan proses yang panjang dan rumit.
3. Competitiveness
Semua media massa berlomba-lomba menarik perhatian sebanyak mungkin khalayak. Dengan kata lain terjadi kompetisi antara media massa sejenis.
b. Syarat komunikator yang baik
Aristoteles menyebut karakter komunikator sebagai ethos komunikator yang terdiri dari good will (maksud yang baik), good sense (pikiran yang baik), dan good moral character (karakter yang baik). Ethos ditujukan untuk proses komunikasi yang bersifat persuasi dimana efeknya ditujukan untuk mengubah prilaku.
Hovland dan Weiss menyebut ethos sebagai credibitality, yang terdiri dari dua unsure yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).
Unsur lain dalam pesyaratan menjadi komunikator yaitu, acceptability. Masalahnya tidak lagi tentang keahlian tetapi juga menyangkut karakter komunikator yang tidak kontraversial.
2. Codes and Conten
Codes adalah system symbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi. Sedangkan content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan. Dalam komunikasi massa, codes dan content berinteraksi sehingga codes yang berbeda dari jenis media yang berbeda dapat memodifikasi persepsi khalayak atas pesan, walaupun contentnya sama.
Media cetak codesnya adalah tulisan atau huruf-huruf, media radio codesnya kunci utamanya adalah telinga, sedangkan media televise menggunakan komposisi warna, gambar bergerak, teknik pencahayaan, dan tata suara.

3. Gatekeeper
Gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Dalam media massa terdiri dari beberapa pihak untuk menyeleksi isi pesan komunikasi. Gatekeeper mempunyai wewwnang untuk tidak memuat berita yang dianggap tidak penting.Gatekeeper adalah bagian dari institusi media massa dan hasil kerjanya memilik efek positif pada kualitas pesan dan berita yang disampaikan kepada public.


4. Regulator
Regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak piha, perannya hamper sama dengan gatekeeper namun bekerja diluar intitusi media yang menghasilkan berita. Regulator juga bisa menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi dan bentuknya lebih seperti sensor.
5. Media
Media massa terdiri dari dari media cetak, yaitu surat kabar dan majalah,media elektronik, yaitu radio siaran, televise dan media online.
6. Audience
Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentaral komunikasi massa yang secara konstan dibombarbardir oleh media.
Melvin Defleur dalam bukunya, Theories of Mass Communication mengemukankan empat teori efek media terhadap audiensnya
a. The Individual Differences Theory
Tanggapan dan pemberian makna pada pesan komunikasi ditentukan oleh tatanan psikologisnya, perbedaan telah menyebabkan pengaruh media massa berbeda pada tiap individu.
b. The Social Categories Theory
Anggota masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan kategori, pada tiap katagori akan ditemukan karakteristik yang sama.Inti teorinya adalah khalayak dari satu kataagori yang sama biasanya menyukai pesan yang sama dan seringkali mereka memberikan response yang relative lama.


c. Theory Social Relationship Theory
Berdasaarkan penelitian Paul Lazarsfeld, Bernard Barelson, dan Elihu Katz yang menekankan hubungan informal lebih signifikan dalam mempengaruhi khlayak yang berarti seseorang atau individu akan mempengaruhi individu lain ketimbang media massa itu sendiri.
d. The Cultural Norms Theory
Teori ini berpendapat bahwa isi media massa dapat mengubah audiens, media dapat membuat audiens memilikki opini baru terhadap suatu hal.
Karakteristik Audiens Komunikasi Massa
a. Audiens biasanya terdiri atas individu-individu yang memilikki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan social dan interpersonal yang sama.
b. Audiens berjumlah besar,
c. Audiens bersifat heterogen, bukan homogen.
d. Audiens bersifat anonym
e. Audiens biasanya tersebar, baik dalam konteks ruang dan waktu
7.Filter
a. Pengindraan sebagai filter
Pengindraan kita berfungsi sebagai saringan komunikasi dipengaruhi tiga kondisi yaitu cultural (budaya atau kebiasaan), psychological yang dilatarbelakangi pendidikan dan pengalaman, physical berhubungan dengan kondisi kesehatan individu anggota audiens.
8. Feedback (umpan balik)
Feedback adalah respon atau tanggapan yang diberikan terhadap pesan yang disampaikan komunikator.
a. Internal feedback
Umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi dating dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri.
b. Eksternal feedback
Umpan balik yang diterima komunikator dari komunikan, biasanya bersifat representative feedback yang disebabkan audiens berjumlah banyak maka untuk mengukur feedback diambil contoh dari sekian persen audiens, indirect feedback respon yang diterima biasanya dari pihak ketiga, tertunda (delayed) karena respon membutuhkan waktu untuk ditransmisikandari komunikan kepada komunikator, cumulative feedback dalam komunikasi massa yang penting adalah respon kolektif atau kumulatif selama satu periode waktu, institutionalized feedback umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan balik yang dating dari lembaga yang langsung mendatagi komunikan.
D. Efek Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan social yang dapat menggerakkan proses social ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
Donald K. Robert beranggapan efek hanyalah perubahan prilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa.
Stamm (1990) menyatakan bahwa efek komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary effect.
Pendekatan efek dari media massa
1. Efek kehadiran Media Massa
MCLuhan mngemukan the medium is message, media adalah pesan itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffe, ada lima pendekatan yaitu, efek ekonomi,efek social, penjadwalan kegiatan sehari=hari, efek hilangnya persaan tidak nyaman, efek menumbuhkan perasaan tertentu.
2.Efek Pesan
a. Efek Kognitif
Efek kognitif dalah akibat yang ditimbul pada diri komunikan yang sifatnya informativeMenurut McLuhan media massa merupakan perpanjangan dari alat indra. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkunagan social yang timpang.
Efek Prososial Kognitif
adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehandaki oleh masyarakat.
b. Efek Afektif
Kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif karena khalayak diharapkan ikut merasakan.Para peneliti telah dapat menemukan factor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional media massa yaitu, suasana emosional, skema kognitif yang merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa, suasana terpaan, predisposisi individual mengacu kepada karakteristik khas individu, factor identifikasi yang menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa.
c. Efek Behaviorial
merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku dan tindakan atau kegiatan.
E. Dampak Sosial Media Massa
Media massa dapat membentuk kristalisasi opini public untuk melakukan tindakan tertentu. Kadang-kadang kekuatan media massa hanya sampai ranah sikap.